Kultum
ANAK BOCAH MEMOHON KEPADA
ALLAH AGAR TIDAK MENJADIKANNYA ORANG YANG SOMBONG
Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu
Hurairah dari Nabi bersabda, “Di kalangan Bani Israil terdapat seorang wanita
yang menyusui putranya. Lalu seorang laki-laki berkendara dan berpenampilan
menawan melewatinya. Wanita itu berkata, ‘Ya Allah,
jadikanlah anakku seperti orang ini.’ Anak yang disusuinya itu meninggalkan susunya dan memandang laki-laki si pengendara dan berkata, ‘Ya Allah, janganlah Engkau menjadikanku sepertinya.’ Kemudian dia meneruskan mengisap susunya.” Abu Hurairah berkata,”Seolah-olah aku melihat Nabi mengisap jarinya.”
jadikanlah anakku seperti orang ini.’ Anak yang disusuinya itu meninggalkan susunya dan memandang laki-laki si pengendara dan berkata, ‘Ya Allah, janganlah Engkau menjadikanku sepertinya.’ Kemudian dia meneruskan mengisap susunya.” Abu Hurairah berkata,”Seolah-olah aku melihat Nabi mengisap jarinya.”
Selanjutnya seorang
hamba wanita melewatinya. Ibu berkata, “Ya Allah, jangan jadikan anakku
sepertinya.” Anak itu meninggalkan susunya dan berkata, “Ya Allah, jadikan aku
sepertinya.” Wanita itu bertanya, “Mengapa begitu?” Dia menjawab, “Pengendara
itu adalah salah seorang yang sombong, sementara hamba sahaya wanita itu
dituduh berzina dan mencuri, padahal dia tidak melakukannya.”
Nash hadis dalam
riwayat Muslim, “Manakala seorang bayi sedang menyusu dari ibunya, seorang
pengendara dengan penampilan menarik lewat dengan kendaraan yang mewah. Ibunya
berkata, ‘Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang ini.’ Lalu anaknya
meninggalkan puting susu ibunya, memandang laki-laki pengendara itu dan
berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan aku sepertinya.’ Kemudian dia kembali kepada
susunya dan meneruskan menyusu.” Abu Hurairah berkata, “Seolah-olah aku melihat
Rasulullah sementara beliau menceritakan bagaimana anak itu menyusu dengan jari
telunjuknya dimulutnya, maka beliau mengisapnya.” Nabi bersabda, “Lalu mereka
melewati seorang hamba sahaya yang dipukuli oleh orang-orang. Mereka berkata
kepadanya, ‘Kamu telah berzina dan mencuri.’ Sementara hamba sahaya itu
menjawab, ‘Cukuplah Allah sebagai Penolongku dan Dia adalah sebaik-baik
Pelindung.’ Ibu itu berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan anakku sepertinya.’ Lalu
si anak meninggalkan susunya dan melihat kepada hamba sahaya itu dan berkata,
‘Ya Allah, jadikan aku seperti dia.”
Pada saat itulah
terjadi perbincangan antara ibu dengan bayi yang disusuinya. Ibunya berkata,
“Semoga lehermu sakit. Telah lewat seorang laki-laki dengan penampilan menarik
dan aku berkata, ‘Ya Allah, jadikanlah anakku sepertinya,’ tapi kamu berkata,
‘Ya Allah, jangan jadikan diriku sepertinya.’ Lalu lewatlah seorang hamba
sahaya wanita yang dipukuli dan mereka berkata kepadanya, ‘Kamu telah berzina
dan mencuri.’ Lalu aku berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan anakku sepertinya.’
Dan kamu berkata, ‘Ya Allah, jadikan diriku seperti dia.” Anaknya menjawab,
“Laki-laki itu adalah laki-laki yang sombong, maka aku berkata, ‘Ya Allah,
jangan jadikan aku sepertinya’. Dan sesungguhnya wanita yang mereka tuduh
berzina dan mencuri, sebenarnya dia tidak berzina dan mencuri. Maka aku
berkata, ‘Ya Allah, jadikanlah aku sepertinya.”
Dalam hadis ini
Rasulullah menyampaikan tentang tiga orang yang bisa berbicara semasa dalam
buaian. Isa adalah yang pertama. Bayi Juraij adalah yang kedua, dan yang ketiga
adalah bocah yang menyusu ibunya sambil duduk di persimpangan jalan. Dalam
kondisi itu datanglah seorang pengendara dengan penampilan yang sangat
bagus.Pakaian dan kendaraan yang ditungganginya menunjukkan bahwa dia adalah
pemilik nikmat dan kekayaan. Dari penampilannya pula menunjukkan bahwa dia
adalah seorang yang muda, kuat, lagi sehat. Wanita ini mengaguminya, dan dia
memohon kepada Allah supaya menjadikan anaknya seperti laki-laki itu. Anaknya
meninggalkan susu ibunya dan berkata, “Ya Allah, jangan jadikan aku
sepertinya.”Setelah itu dia meneruskan menyusu pada ibunya.
Rasulullah
menceritakan kepada kita bagaimana anak itu menyusu. Beliau meletakkan jarinya
yang mulia di mulutnya dan menghisapnya. Ini menunjukkan bahwa menyusunya bocah
itu adalah menyusu yang sebenarnya dan Rasulullah tidak bermaksud pada arti
yang majazi(kiasan).
Tidak lama berselang,
sekelompok orang melewati wanita itu. Mereka menyeret dan memukuli seorang
hamba sahaya. Mereka berkata kepadanya, “Kamu telah berzina dan mencuri.” Dan
si hamba sahaya menjawab,”Cukuplah Allah sebagai Penolongku dan Dia adalah
sebaik-baik Pelindung.” Maka wanita itu berdoa agar anaknya tidak seperti hamba
sahaya tersebut. Bayi itu langsung meninggalkan susunya dan berdoa supaya
dijadikan seperti dia.
Pada saat itulah
terjadi perbincangan antara ibu dengan anaknya. Ibu itu bertanya kepada bayinya
mengapa dia berdoa yang menyelisihi doanya. Maka si bayi itu memberitahu bahwa
laki-laki berpenampilan menarik itu adalah seorang kafir yang durhaka lagi
sombong. Adapun
hamba sahaya, dia adalah seorang wanita shalihah yang mereka tuduh melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya.
hamba sahaya, dia adalah seorang wanita shalihah yang mereka tuduh melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya.
PELAJARAN-PELAJARAN
DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
1. Manusia terkadang meminta sesuatu yang justru
merugikan dirinya dan berlari dari sesuatu yang baik baginya. Ibu ini memohon
agar anaknya menjadi seperti laki-laki kafir lagi sombong, sementara dia tidak
menyadari bahwa itu berarti mencelakakan anaknya. Wanita itu memohon agar
anaknya tidak seperti wanita shalihah tersebut, padahal kebaikan menuntut seperti
wanita itu dalam keshalihaan dan ketaqwaannya, walaupun dia dituduh telah
melakukan sesuatu secara dusta dan palsu.
2. Hendaknya para dai menggunakan sarana
pembelajaran untuk menjelaskan, menerangkan dan memantapkan ilmu di dalam jiwa
sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah ketika beliau meletakkan jarinya di
mulutnya untuk menceritakan bagaimana anak itu menyusu dari ibunya. Hal ini
banyak ditemukan di dalam hadis-hadis yang mulia. Rasulullah telah menjelaskan
firman Allah, “Dan bahwa yang Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah ia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena
jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalannya.” (QS. Al-An’am: 153).
Nabi membuat garis di atas pasir seraya bersabda, “Inilah jalan yang lurus.”
Beliau juga meletakkan garis-garis di kanan kirinya dan berkata,”Inilah
jalan-jalan yang di masing-masing jalan terdapat setan penyeru.”
3. Allah menjadikan, di setiap zaman, ayat-ayat
yang menunjukkan kebesaran-Nya dan dengannya Dia diketahui. Muncul nilai-nilai
yang dicintai oleh Allah dan nilai-nilai yang dibenci oleh Allah; di antaranya
adalah ucapan bayi ini, ketidakrelaannya terhadap keadaan laki-laki yang
sombong tersebut, dan kerelaannya terhadap dirinya agar bisa seperti hamba
sahaya wanita itu.
Komentar
Posting Komentar