Tiga Nasehat
Posted by: Gatot Pramono on: September 21, 2008
Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua
sehabatnya Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.” HR. Tirmidzi
Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena
sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari.
1- BERTAQWA DIMANA SAJA
Definisi dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara
sahabat Umar dan Ubay bin Ka’ab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya
kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar
menjawab; “Pernah!” Ubay
menyambung, “Lalu apa yang
kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku
berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka
Ubay berkata; “Maka demikian
pulalah taqwa!”
Sedang menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnya—Fi Zhilal
al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang
terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri atau halangan dalam kehidupan.
Kalau ada suatu iklan minuman ringan: “Dimana saja dan kapan
saja …”, maka nasehat Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa dimana
saja. Sedang perintah taqwa kapan saja terdapat dalam surat Ali Imron 102:
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”
Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita.
Taqwa dimana saja memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang dilakukan
harus ekstra keras. Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih ketika kita bersama
orang lain, tetapi bila tidak ada orang lain maka maksiyat dapat dilaksanakan.
Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di dalam suatu majelis zikir, pikiran dan
pandangan kita akan terjaga dengan baik. Tetapi ketika kita berjalan sendirian
di suatu tempat perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak
terjaga. Untuk menjaga ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita
menyadari akan pengawasan Allah SWT baik secara langsung maupun melalui
malaikat-Nya.
2 KEBAIKAN YANG
MENGHAPUSKAN KESALAHAN
Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hari ini mungkin kita
sudah melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari.
Oleh sebab itu, segera setelah kita melaksanakan kesalahan, lakukan kebaikan.
Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan.
Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara
untuk menghapusnya adalah dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabda“sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”. Maka
ada orang yang ketika dia sakit maka dia akan memberikan sedekah agar
penyakitnya segera sembuh. Hal ini dikarenakan segala penyakit yang kita miliki
itu adalah karena kesalahan yang kita pernah lakukan.
Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu
dilakukan adalah memohon maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit untuk
dilakukan. Padahal Rasulullah SAW selalu minta maaf ketika bersalah bahkan
terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya dengan hangat seraya berkata
“Inilah orangnya, yang membuat aku ditegur oleh Allah… (QS. Abasa)”. Setelah
minta maaf kemudian bawalah sesuatu hadiah atau makanan kepada orang tersebut,
maka kesalahan tersebut insya Allah akan dihapuskan.
3- AKHLAQ YANG TERPUJI
Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak
memiliki akhlaq tersebut akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaan api
neraka. Dari beberapa jenis akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu
diperhatikan adalah akhlaq terhadap tetangga.
“Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)
Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah
seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman.” Ada
yang bertanya: “Siapa itu Ya
Rasulullah?”Jawab Nabi: “Yaitu orang
yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.”(HR.
Bukhari)
Dari hadits tersebut, peringatan Allah sangat keras sampai
diulangi tiga kali yaitu tidak termasuk golongan orang beriman bagi tetangganya
yang tidak aman dari gangguannya. Maka terkadang kita perlu instropeksi dengan
menanyakan kepada tetangga apakah kita mengganggu mereka.
Wallahua’lam bish showab.
Komentar
Posting Komentar